BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip tauhid di
dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah
SWT. Dia-lah Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu. Konsep
kekuasaan-Nya juga meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep
yang mengatakan bahwa Allah SWT lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam
Al-Quran (2:31, 55:2, 96:4-5, 2:239). Di dalam ayat lain 5:1-4 disebutkan bahwa
“Dia telah mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia dan
mengajarinya penjelasan (bayan)”
Wahyu, yang diterima oleh semua
Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT, merupakan sumber pengetahuan yang paling
pasti. Namun, Al-Quran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain
disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu.
Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT,
asal segala sesuatu. Namun, karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak
diberikan langsung oleh Allah SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan
metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu
tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu
pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak
ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis
Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan atau penjelasan yang
mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan
epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.
Sumber-sumber pengetahuan lain
selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena alam, psikologi manusia, dan
sejarah. Al-Quran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk menggambarkan sumber
ilmu berupa fenomena alam dan psikologi (2:164, 42:53). Untuk sumber ilmu
berupa fenomena sejarah, Al-Quran menggunakan istilah ‘ibrah (pelajaran,
petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral (12:111).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep ilmu pengetahuan dalam islam
Di dalam Islam, pencarian
pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus,
dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits
Nabi SAW-pen). Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis,
yang menganggap pengetahuan hanya imajinasi kosong. (Bahkan dalam agama
manapun, tidak ada penghormatan, penjelasan, pendefinisian ilmu semassif
Islam-pen)
Sebagai akibat wajar dari
otoritas ketuhanannya, al-Quran, di samping menunjukkan sumber-sumber
pengetahuan eksternal, ia sendiri merupakan sumber utama pengetahuan.
Penunjukkannya terhadap fenomena alam, peristiwa sejarah, metafisis,
sosiologis, alami dan eskatologis mesti benar, apakah secara literal atau
metaforis. Kaum muslimin mengambil sistem dan subsistem pengetahuan dan
kebudayaan dari al-Quran. Dokumen paling otentik tentang subyek ilmu
pengetahuan (di mana al-quran sebagai katalisator) dapat ditemukan dalam
al-Burhan fi ‘Ulum al-Quran karya Badruddin al-Zarkasyi.
Dalam bahasa Arab, pengetahuan
digambarkan dengan istilah al-ilm,
al-ma’rifah dan al-syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah
yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal
dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang berarti “tanda”,
“simbol”, atau ”lambang”, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah
juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala..
Karenanya ma’lam (jamak ma’alim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang
menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan
sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran menggunakan
istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam. Pengertian
ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama) di dalam al-Quran tersebut yang
menyebabkan Nabi SAW mengutuk orang-orang yang membaca ayat 3:190-195 yang
secara jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang berfikir, mambaca,
mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi tanpa mau merenungkan (makna)nya.
Sifat
penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik dan utuh
(berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai
bukti worldview tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks
ini berarti persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika
dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan epistemologis meluas,
baik dari wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut
sekuler)., karena worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar
antara wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi
penolokan hikmah dan petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam
wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT sebagai sumber semua pengetahuan, secara
langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber dan tujuan
epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang menunjuk pada
ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta. Konsep integralitas
pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir al-Quran, di mana
ia menegaskan bahwa ayat-ayat al-Quran yang menguraikan tentang bintang dan
kesehatan, misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan
astronomi dan kesehatan. Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan
penjelasan keterkaitan antara penafsiran keagamaan dan kefilsafatan dengan
mengutip beberapa ayat al-Quran yang mendorong manusia meneliti dan
menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi (7:185, 3:191, 88:17-18).
Dengan hal yang sama, al-Quran juga mendorong manusia melakukan perjalanan di
bumi untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian
sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara utuh.
Dalam
41:53, secara kategoris, al-Quran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah SWT di alam
semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan
kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait.
Namun, keutuhan dan
kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin
itu sama, atau tidak ada prioritas diantara mereka. Pengetahuan wahyu dalam
konsep Islam adalah lebih utama, unik karena berasal langsung dari Allah SWT
dan memiliki manfaat yang mendasar bagia alam semesta. Semua pengetahuan lain
yang benar harus membantu kita memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan
Allah SWT di dalam al-Quran untuk kemajuan individu dan masyarakat.
B.
Islam dan Ilmu
Pengetahuan
Sejak akhir abad ke-19 hingga kini, salah satu persoalan
besar yang diangkat para pemikir Muslim adalah sikap yang mesti diambil
terhadap ilmu pengetahuan modern di dunia Barat. Perdebatan mereka
dilatarbelakangi kesadaran bahwa dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu
pengetahuan, tetapi pada Zaman Baru telah jauh tertinggal oleh dunia Barat.
Perbincangan tentang Islam dan ilmu pengetahuan sejak akhir abad ke-19 itu
memiliki dua aspek penting.
Pertama, periode tersebut ditandai banyak perkembangan baru
dalam pemikiran Islam. Penyebab utamanya adalah kontak yang semakin intensif –
pada beberapa kasus bahkan berupa benturan fisik – antara dunia Islam dan
peradaban Barat. Gagasan seperti “kemodernan” serta “modernisme”,
“westernisasi” atau pembaratan, dan “sekularisme” menjadi objek utama perhatian
para pemikir Muslim. Demikian luasnya penyebaran gagasan baru itu sehingga tak
berlebihan jika dikatakan bahwa pemikiran baru Islam lahir dari keinginan
menanggapinya.
Kedua, sejak awal perkembangan Islam, ilmu -berdasarkan
pengamatan, wahyu, atau renungan para sufi- sebagai induk ilmu pengetahuan selalu
mendapatkan perhatian para pemikir Muslim. Bertemu dengan kecenderungan di
atas, perhatian tersebut mengambil bentuk tanggapan terhadap perkembangan pesat
ilmu pengetahuan modern di dunia Barat, yang dianggap tidak berinduk pada suatu
ilmu yang benar. Tanggapan itu, karena lebih merupakan reaksi daripada usaha
atas prakarsa sendiri, pada diri beberapa pemikir dan aliran pemikiran
merupakan penyempitan wilayah wacana tentang ilmu dan ilmu pengetahuan
dibandingkan dengan periode sebelumnya, khususnya masa awal perkembangan
intelektual Islam.
Sejak abad ke-19, usaha untuk memberi tanggapan itu
melahirkan pemikiran tentang antara Islam dan ilmu pengetahuan yang amat
beragam. Tanggapan tersebut dapat berarti usaha apologetis untuk menegaskan
bahwa ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Barat sebenarnya bersifat “islami”.
Bisa pula merupakan usaha mengakomodasi sebagian nilai dan gagasan ilmu
pengetahuan modern karena dianggap islami, sambil menolak sebagian lain. Tidak
pula bisa dilupakan usaha “islamisasi” berbagai cabang ilmu pengetahuan dan
penciptaan suatu “filsafat ilmu pengetahuan Islam”. Akhirnya ada upaya
rekonstruksi pandangan dunia serta epistemologi Islam.
C.
Hadits
tentang Ilmu Pengetahuan
Hadits-hadits
yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan sebagai mana diriwayatkan para
sahabat Rasulullah antaranya :
. تَعَلَّمُوْاالْعِلْمَ
، فّإِنَّ تَعَلُّمُهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيْمَهُ لِمَن
ْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ
(الربيع) الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا
وَالأَخِرَةِ
“Tuntutlah
ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza
wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah
sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan
terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di
dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)
Seseorang yang ditanya mengenai ilmu pengetahuan, sedangkan ia masih sibuk berbicara. Kemudian ia menyelesaikan pembicaraannya, lalu menjawab orang yang bertanya.
42.
Abu Hurairah r.a. berkata, “Ketika Rasulullah saw. di suatu majelis sedang
berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kampung dan berkata, ‘Kapankah
kiamat itu?’ Rasulullah terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, ‘Beliau
mendengar apa yang dikatakan olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya
itu.’ Dan sebagian dari mereka berkata, ‘Beliau tidak mendengarnya.’ Sehingga,
ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, ‘Di manakah gerangan
orang yang bertanya tentang kiamat?’ Ia berkata, ‘Inilah saya, wahai
Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka
nantikanlah kiamat.’ Ia berkata, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau
bersabda, ‘Apabila perkara (urusan) diserahkan (pada satu riwayat disebutkan
dengan: disandarkan 7/188) kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat.
يَا أَبَاذَرٍّ ، لَأَنْ تَغْدَوْا فَتُعَلِّمَ اَيَةً مِنْ كِتَابِ
اللَّهِ خَيْرٌ لَّكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ ، وَلَأَنْ تَغْدُوْا فَتُعَلِّمَ
بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْ لَمْ يُعْمَلْ ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ
أَلْفَ رَكْعَةٍ
“Wahai
Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari
pada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu
pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat
seribu rakaat.” (HR. Ibn Majah)
D.
Hakikat
pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu
bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu
bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki
nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi
makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi
pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).
Menurut
Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah
pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :
- Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
- Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
- Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.
An-Naquib
Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yg
dialakukan pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan
tempat-tempat yg benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga
membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat di dalam
tatanan wujud dan keberadaan (1999: 10 ).
Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Pendidikan
Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh
hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg
tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan
(Soebahar 2002: 13).
Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis. Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adalah :
Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis. Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adalah :
pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan
secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan
bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat
memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan
pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat.
Kedua merupakan
usaha yg sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau
tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara
utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan
potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg islami demi memperoleh
keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Menurut
Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses yg
mengarahkan manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat kemanusiaan
sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003: 18). Maka dgn
demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan
bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia
baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis.
oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan perkembangan
atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi
proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar (
1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yg membedakan dgn pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain :
- Prinsip tauhid
- Prinsip Integrasi
- Prinsip Keseimbangan
- Prinsip persamaan
- Prinsip pendidikan seumur hidup dan
- Prinsip keutamaan.
Sedangkan tujuan
pendidikan islam dapat
dirumuskan sebagai berikut :
- Untuk membentuk akhlakul karimah.
- Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
- Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.
Dengan
demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus padaeducation for the brain tetapi juga pada education for the
heart. Dalam pandangan islam krn salah satu
misi utama pendidikan islam adl dalam rangka membantu peserta didik mencapai
kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya focus pada
pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan
emosional maka manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri
bahkan yg terjadi adl demartabatisasi yg menyebabkan manusia kehilangan
identitas dan mengalami kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam tehnik
tapi merayap dalam etik. Demikian
pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang
manusia sebagai satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual
emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan dalam
melangsungkan mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.
Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen
transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial
pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun
dasar yg di maksud adl dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yg
wajib bersandar pada landasan dasar sebagaimana yg akan dibahas dalam bagian
berikut ini.
Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun
sebagai aktivitas yg bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yg utuh
paripurna atau syumun memerlukan suatu dasar yg kokoh. kajian tentang
pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam
yaitu :
- Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran
pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad.
Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu
yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn
amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus menggunakan
Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan
Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).
- As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun
pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan
orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian
atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah
Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam
segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa.
Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu
Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan
selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad
perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan.
As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan
mendesak utk segara ditampilkan yaitu :
- Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
- Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
·
Ijtihad
Ijtihad
adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki
oleh ilmuan syari’at Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara’
dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan hukum oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Oleh karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam
yg sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad
ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg senantiasa berkembang.
Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju
bukan saja dibidang materi atau isi melainkan juga dibidang sistem. Secara
substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.
- Al-Kaun
Maksud
Allah menurunkan ayat kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah pemahaman manusia
terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg
terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar- Ra’du ayat 3 yg berbunyi :
وهوالدي مد الارض وجعل فيها روسي
وانهرا ومن كل الثمرت جعل فيها زوجين اثنين يغش اليل النهارا ن في دلك لايت لقوم
يتفكرون
Arti : “Dialah Tuhan yg mmembentangkan bumi dan
menjadikan gunung-gunung sungai-sungai padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan
berpasang-pasangan. Allah jualah yg menutup malam kepada siang sesungguh pada
yg demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir”
(Depag RI 1992: 368).
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa tiap orang
berfikir harus mengakui kebesaran Allah dan hal ini relevan utk dijadikan dasar
dalam pendidikan Islam.
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu merupakan suatu perkara yang penting dalam
kehidupan manusia. Perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa di dunia ini
berkait rapat dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat
pada sesuatu bangsa itu sendiri. Justru, Islam mengingatkan tentang hakikat ini
menerusi berbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. Penekanan terhadap
kepentingan dan keperluan menuntut ilmu membuktikan bahawa Islam adalah satu
agama yang memartabatkan ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu. Baginda
Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya; “Menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas
tiap-tiap orang Islam lelaki dan perempuan.” Berdasarkan hadis tersebut, jelas
bahawa menuntut ilmu itu adalah suatu perkara yang penting dan menjadi kewajipan
bagi setiap orang Islam.
Ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah
kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, memberikan kekuatan ketika dalam
kesusahan dan ketika berhadapan dengan musuh. Dengan ilmu manusia dapat
menjalankan ibadah dengan sempurna, samada ibadah umum atau ibadah khusus dan
dapat melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan
sebaiknya. Ilmu agama atau ilmu yang terdapat dalam al-Quran dan Al-sunnah akan
menjadi benteng yang dapat mencegah seseorang itu dari melakukan
perkara-perkara yang dilarang oleh syariat, dapat menolak kejahilan dan
kebodohan sama ada dalam perkara agama atau dalam mengejar kebendaan duniawi.
Ilmu adalah salah satu langkah bagi menjaga
pembangunan negara kerana melalui ilmu sahajalah yang dapat membezakan antara
yang hak dan yang batil.
DAFTAR
PUSTAKA
Abaza, Mona, Some Reflections
on The Question of Islam and Social Sciences in the Contemporary Muslim World,
Social Compass, vol.2, No.40, 1993, hlm. 301-321.
Acikgenc, Alparslan, Islamic
Science, Towards A Definition, International Institute of Islamic Thought and
Civilization, Kuala Lumpur , 1996.
Anees, Munawar Ahmad, Islam
and the Biological Futures, Ethics, Gender and Technology, Mansell. London ,
1989 (terj. Islam dan Masa Depan Biologis, Penerbit Mizan, 1991).
Baiquni, Ahmad, Islam dan
Ilmu Pengetahuan Modern, Pustaka Salman.
Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin.
t.th. Maucizah al-mu`minin min ihya` ulum al-din. t.tp : Maktabah Misr.
Khazali. (tanpa tarikh). Konsep
Ilmu. http://khazalii.googlepages.com/udi30521konsepilmu [13 April 2008].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar